Back

Pasar Saham Asia: Penjual Mendukung Langkah Bank of Japan untuk Ikuti Penurunan Wall Street

  • Ekuitas Asia-Pasifik mengikuti penurunan Wall Street karena BoJ mengejutkan pasar.
  • BoJ mempertahankan kebijakan moneter saat ini, mengubah batas kurva YCC untuk menghibur para pedagang momentum.
  • Risalah RBA dan status quo PBoC kurang mendapat perhatian tetapi membuat para elang kebijakan tetap berharap.
  • Berita utama seputar Tiongkok menawarkan sinyal beragam tetapi selera risiko tetap lemah di tengah kekhawatiran resesi.

Ekuitas di kawasan Asia-Pasifik meniru langkah Wall Street, meskipun awal yang optimis, karena Bank of Japan (BoJ) menimbulkan penurunan di pasar saham dan obligasi dengan langkah tak terduga selama awal Kamis. Selain itu juga kesiapan Reserve Bank of Australia (RBA) untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, sesuai dengan Notulen Rapat RBA, serta penurunan perkiraan pertumbuhan Tiongkok oleh Bank Dunia.

Di tengah permainan ini, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik selain Jepang mencetak tren turun selama empat hari sementara Nikkei 225 Jepang merosot 2,71% pada saat berita ini ditulis.

BoJ mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah di -0,10% dan mempertahankan target suku bunga jangka pendek di -0,1% sementara mengarahkan imbal hasil Obligasi Pemerintah Jepang (JGB) 10-tahun menuju nol. Dengan melakukan hal itu, bank sentral Jepang sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, faktor kejutannya adalah perubahan BoJ terhadap Yield Curve Control (YCC) dan pengumuman penerbitan obligasi. "BoJ akan memperluas kisaran fluktuasi imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10-tahun dari saat ini plus dan minus 0,25 poin persentase menjadi plus dan minus 0,5 poin persentase," lapor Reuters.

Di tempat lain, Risalah RBA menunjukkan bahwa bank sentral Australia mempertimbangkan untuk membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakan bulan Desember, mengutip efek tertinggal dari pengetatan agresif yang disampaikan sejauh ini dan manfaat bergerak dengan hati-hati dalam lingkungan yang tidak pasti. Hal tersebut tak mengesankan ASX 200 Australia dan bergabung dengan sentimen risk-off secara luas akan mencetak penurunan 1,50% dalam perdagangan harian.

Di sisi lain, pasar Tiongkok tetap suram bahkan ketika People's Bank of China (PBoC) mempertahankan suku bunga acuan Loan Prime Rates (LPR) tidak berubah. Alasannya bisa dikaitkan dengan perkiraan suram Bank Dunia untuk negara naga, serta suasana hati yang berhati-hati menjelang pertemuan diplomatik antara Australia dan Tiongkok.

Karena BoJ dianggap sebagai beruang terakhir di antara bank-bank sentral utama, sinyal hawkish baru-baru ini memperkuat kekhawatiran resesi global dan menopang kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah utama, yang pada gilirannya membebani ekuitas. Namun, Dolar AS berjuang untuk menghibur di tengah status safe haven Yen Jepang (JPY) dan kekhawatiran suram baru-baru ini seputar AS. Perlu dicatat bahwa harga Minyak turun tetapi harga Emas pulih akhir-akhir ini.

Selanjutnya, pidato Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda akan mendahului data lapis kedua dari Jerman dan AS untuk menghibur para pedagang.

Nagel, ECB: Bank Sentral Masih Jauh dari Target Inflasi

Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan kepala bank sentral Jerman Joachim Nagel mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Stern pada hari Selas
আরও পড়ুন Previous

BoJ Melakukan Pembelian Obligasi Tanpa Batas untuk Tenor 1 Hingga 5 Tahun

Menyusul langkah kebijakan mengejutkan oleh Bank of Japan (BoJ) pada hari Selasa, bank sentral melakukan pembelian obligasi tanpa batas untuk tenor sa
আরও পড়ুন Next