Indeks Dollar Dalam Pelemahan Mingguan Ketiga Berturut-Turut

• Indeks dolar diperdagangkan di dekat 90,65 versus 91,24 awal pekan ini. 
• Investor menjual dolar karena klaim tunjangan pengangguran yang lemah menggarisbawahi perlunya stimulus. 
• Potensi kemunduran saham bisa menghasilkan pemantulan greenback.

Indeks dolar (DXY), yang melacak nilai greenback terhadap mata uang utama, sekarang diperdagangkan 0,20% lebih rendah pada minggu ini di dekat 90,65, setelah menghadapi penolakan di 91,24 awal pekan ini. Indeks turun 1,19% minggu lalu dan lebih dari 0,6% di minggu sebelumnya. 

Greenback melanjutkan penurunan hari Kamis, yang membuat indeks ini turun dari 91,06 menjadi 92,82 karena data yang lemah. Klaim tunjangan pengangguran awal AS naik 137.000 ke tertinggi tiga bulan dari 853.000 dalam pekan yang berakhir 5 Desember meningkatkan tekanan pada anggota parlemen untuk menyetujui RUU bantuan demi mengurangi kerusakan ekonomi pandemi. Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan perundingan bantuan dengan para senator mengalami kemajuan, menurut Reuters. 

Bank Sentral Eropa (ECB) meningkatkan program pembelian asetnya dan menyatakan keprihatinannya terhadap kekuatan euro. Namun, sejauh ini, hal itu gagal menginspirasi kenaikan dolar.

Sebagian besar analis, termasuk Morgan Stanley, memperkirakan dolar akan terus melemah tahun depan. Memang, ekspektasi inflasi AS sedang meningkat dan telah mencapai tertinggi multi-bulan mendekati 2% Federal Reserve. 

Namun, bank sentral telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah untuk beberapa saat setelah tekanan harga naik di atas targetnya. Sederhananya, suku bunga AS tidak mungkin naik dalam waktu dekat, dan dengan Kongres mempertimbangkan stimulus lain, defisit fiskal kemungkinan akan terus naik, membuat dolar tetap berada di bawah tekanan. 

Meski demikian, dolar mungkin akan mengalami pemantulan sementara jika posisi bullish yang berlebihan di pasar ekuitas membuka peluang untuk pullback.